Monday, August 5, 2019

Sejarah VOC, Pengertian, Latar Belakang Berdirinya

VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) merupakan persekutuan dagang asal Belanda/Hindia Timur yang memiliki monopoli untuk aktivitas perdagangan di Asia, yang didirikan pada tanggal 20 Maret 1602. Perusahaan ini dianggap sebagai perusahaan multinasional pertama di dunia sekaligus merupakan perusahaan pertama yang mengeluarkan sistem pembagian saham.



Orang Indonesia VOC memiliki sebutan populer Kompeni atau Kumpeni. Istilah ini diambil dari kata compagnie dalam nama lengkap perusahaan tersebut dalam bahasa Belanda. Tetapi rakyat Indonesia lebih mengenal Kompeni sebagai tentara Belanda karena penindasannya dan pemerasan kepada rakyat Indonesia yang sama seperti tentara Belanda. 

Latar belakang berdirinya VOC

 
Bangsa Barat datang ke Indonesia dengan awal yang baik dan mulai membentuk kongsi dagang. Dengan berjalannya waktu, kongsi dagang di Nusantara semakin banyak hingga menimbul persaingan antara kongsi dagang satu dengan lainnya dan juga persaingan antar negara Eropa. Persaingan tersebut semakin ketat hingga tidak mengenal kongsi sesama bangsa. Hal ini menyebabkan kerugian terhadap pemerintah Belanda karena para pedagang Belanda juga saling berseteru. 

Pada tahun 1598 pemerintah dan Parlemen Belanda (Staten Generaal) khususnya Johan van Oldenbarneveldt mengusulkan untuk membentuk kongsi dagang yang lebih besar dengan membentuk perusahaan dagang, seperti yang telah dilakukan oleh Inggris (EIC) dan Perancis (French East India Company pada tahun 1604).
                                            

                                             
Usulan tersebut mendapat sambutan yang baik bagi para pedagang Belanda, pada tanggal 20 Maret 1602 didirikanlah kongsi dagang Persekutuan Perusahaan Hindia Timur atau lebih dikenal VOC (Vereenidge Oostindische Compagnie). 
 



Sejarah Terbentuknya VOC 
                                    
Pelayaran yang dilakukan bangsa Eropa ke negara-negara di Asia Timur dan Tenggara pada awal untuk berdagang. Saat berlabuh di Asia Tenggara khususnya Indonesia dengan melihat hasil alam dan rempah-rempah yang melimpah bangsa Belanda kemudian membuat misi dagang dengan cara politik pemukiman (kolonisasi). Politik permukiman dilakukan Belanda di kerajaan-kerajaan Jawa, Sumatera dan Maluku. 

Selama abad ke 16 perdagangan rempah-rempah didominasi oleh Portugis dengan menggunakan Lisbon sebagai pelabuhan utama. Sebelum revolusi di negeri Belanda. Tahun 1591 Portugis melakukan kerja sama dengan Jerman, Spanyol dan Italia menggunakan Hamburg sebagai pelabuhan utama sebagai tempat untuk mendistribusikan barang-barang dari Asia, memindah jalur perdagangan menjadi tidak melewati Belanda. Namun ternyata perdagangan yang dilakukan Portugis tidak efisien dan tidak mampu menyuplai permintaan yang terus meninggi, terutama lada. Suplai yang tidak lancar menyebabkan harga lada meroket pada saat itu. Selain itu Unifikasi Portugal dan Kerajaan Spanyol (yang sedang dalam keadaan perang dengan Belanda pada saat itu) pada tahun 1580, menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi Belanda. ketiga faktor tersebutlah yang mendorong Belanda memasuki perdagangan rempah-rempah interkontinental. Akhirnya Jan Huyghen van Linschoten dan Cornelis de Houtman menemukan "jalur rahasia" pelayaran Portugis, yang membawa pelayaran pertama Cornelis de Houtman ke Banten, pelabuhan utama di Jawa pada tahun 1595-1597. 

Kontak pertama Indonesia dengan Belanda dimulai pada tahun 1596, saat 4 kapal belanda melakun ekspedisi menuju Indonesia. Ekspedisi Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman saat berlabuh di Banten mendapat perseteruan dari Portugis dan peduduk lokal. Belanda kemudian melanjutkan pelayaran ke arah timur melalui pantai utara Jawa, Belanda diserang penduduk lokal di sedayu yang mengakibatkan 12 awak meninggal. Setelah kehilangan banyak awak, akhirnya Belanda kembali ke negerinya dengan membawa rempah-rempah yang cukup banyak sebagai keuntungan. 

Pada 20 Maret 1602, para pedagang Belanda mendirikan Verenigde Oost-Indische Compagnie - VOC (Perkumpulan Dagang India Timur). Pada saat itu terjadi persaingan sengit antara negara-negara Eropa Portugis, Spanyol kemudian juga Inggris, Perancis dan Belanda, untuk memperebutkan hegemoni perdagangan di Asia Timur. Untuk menghadapai masalah ini, oleh Staaten Generaal di Belanda, VOC diberi wewenang memiliki tentara yang harus mereka biayai sendiri. Selain itu, VOC juga mempunyai hak, atas nama Pemerintah Belanda yang waktu itu masih berbentuk republik, untuk membuat perjanjian kenegaraan dan menyatakan perang terhadap suatu negara. Wewenang ini yang mengakibatkan, bahwa suatu perkumpulan dagang seperti VOC, dapat bertindak seperti layaknya satu negara. 

Tahun 1603 VOC memperoleh izin di Banten untuk mendirikan kantor perwakilan, dan pada 1610 Pieter Both diangkat menjadi Gubernur Jenderal VOC pertama (1610-1614), namun ia memilih Jayakarta sebagai basis administrasi VOC. Sementara itu, Frederik de Houtman menjadi Gubernur VOC di Ambon (1605 - 1611) dan setelah itu menjadi Gubernur untuk Maluku (1621 - 1623).


 Dampak VOC Bagi Bangsa Indonesia
  • Kekuasaan raja menjadi berkurang atau bahkan didominasi secara keseluruhan oleh VOC.
  • Wilayah kerajaan terpecah-belah dengan melahirkan kerajaan dan penguasa baru di bawah kendali VOC.
  • Hak oktroi (istimewa) VOC, membuat masyarakat Indonesia menjadi miskin, dan menderita.
  • Rakyat Indonesia mengenal ekonomi uang, mengenal sistem pertahanan benteng, etika perjanjian, dan prajurit bersenjata modern (senjata api, meriam).
  • Pelayaran Hongi, dapat dikatakan sebagai suatu perampasan, perampokan, perbudakan, dan pembunuhan.
  • Hak ekstirpasi bagi rakyat merupakan ancaman matinya suatu harapan atau sumber penghasilan yang bisa berlebih.

No comments:

Post a Comment